Friday, April 30, 2010

Rindu yang Menggigit (2) - Godaan

Benarkah mencintai haruslah tak punya ragu
Benarkah mencintai haruslah tak punya sangsi
Benarkah mencintai mampu membuat kuat
Dan sangsi yang membakar percaya
Dan ragu yang membenamkan cinta
Dimanakah kekuatan itu berada
Seberapa dalam ia melindungi hati
Seberapa dalam ia melindungi jiwa
Seberapa dalam ia melindungi kesucian
Benarkah wanita itu terlindungi?

Wanita itu nampak melemah
Kenangan akan suaminya perlahan mulai buyar
Di dalam jiwa tempat cintanya telah terisi keraguan
Di dalam jiwa tempat keyakinan telah terisi sangsi
Siang yang lalu merupakan godaan yang terhebat
Godaan bagi seseorang yang sendiri menanti
Godaan bagi seseorang yang lama menanti
Siang yang lalu adalah kekalahannya pertama pada rindu
Sangsinya telah membuka pertahanannya
Dia tersenyum sepenuh hati pada seorang penggoda
Meskipun hanya memberikan senyuman
Tetapi dia sadar itulah kekalahannya
Dan malam ini ia menyesal sejadi-jadinya
Ada sebuah rasa yang mencoba meraja disetianya
Sebuah rasa yang membuat dirinya merasa rendah
Ia menangis
Pikirannya berperang
Tetapi hatinya tak kuasa
Sang penggoda itu telah menempati hatinya
Sang penggoda itu telah menyusup disebuah ruang  tersembunyi
Dan ia bingung menyesal ataukah gembira
Gembira karena hatinya tak kering lagi
Gembira karena ada jiwa yang akan melengkapinya
Gembira karena kesehariannya tak akan kusam
Akan ada warna dalam hidupnya yang monoton
Akan ada binar-binar menyusup dalam setiap pertemuannya
Akan ada binar-binar menyusup setiap sang penggoda memanggil dirinya

Malam itu ia habiskan waktunya untuk bersujud
Rasa yang menyusup itu ingin dibunuhnya
Tetapi ia tak mampu
Dan ia pun memohon pertolongan Sang Penciptanya
Meminta hatinya dibersihkan
Meminta hatinya dibebaskan
Rasa sangsi yang menguat
Rasa cinta yang bersemi dengan sang penggoda
Rasa rindu yang perlahan mati
Rasa setia yang akan terlupakan
Dia takut
Dia bimbang
Dia tahu senyum yang diberikan siang yang lalu adalah puncak gunung es
Senyum hanyalah puncak dari penerimaan dirinya
Dirinya menerima membuka hati untuk sang penggoda
Dirinya yang lain malu menerima kenyataan ini
Dirinya yang lain menyalahkan kelemahannya
Dirinya terbagi-bagi dalam bimbang, sangsi, rindu, setia, kesepian
Berkecamuklah semua
Sepertinya tak ada yang mau mengalah
Meskipun rindu mulai terkikis oleh sangsi
Meskipun setia mulai tak seketat mengikat hatinya
Dan bersujudlah ia kembali
Dan ia pun menutup malam itu dengan doa
'Duhai Sang Penciptaku...matikanlah benih-benih rasa yang menggodaku'

Tertidurlah ia meringkuk di atas sajadah
Biarlah tidurnya menawarkan kelelahannya
Biarlah tidurnya memberi sekedar ruang kosong buat hatinya
Setidaknya hingga pagi datang

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato