Ketika matahari mulai lelah dihari itu
Dan tenggelam secara perlahan memberi gelap
Bulan dan bintang pun menghiasi malam
Sesosok tubuh wanita yang terbalut dengan kain
Menutup setiap jengkal auratnya dengan rapi
Memanjatkan doa kerinduan pada penciptanya
Dengan lembut dan sepenuh hati ia berucap:
'Duhai penciptaku tak tertahankan rindu ini di hati'
'Rindu ini menggigiti semua jengkal jiwaku'
'Tak menyisakan ketegaran untuk melangkah'
'Hanya ingatan diriku pada Mu yang membuat ku bertahan'
'Hanya ingatan diriku pada Mu yang membuat ku tetap berharap'
'Hanya ingatan diriku pada Mu yang mengikatku pada kata setia'
Dan ia pun mengakhiri keluhannya dengan berlinang kerinduan
Tubuhnya telah lama sendiri tak dipagut
Tubuhnya telah lama sendiri berjauhan dari suaminya
Yang pergi mencari kesempatan yang lebih baik bagi mereka
Yang pergi dengan harapan memanen cita-cita
Cita-cita yang diberi nama berkecukupan
Cita-cita yang diberi nama bebas dari hutang
Cita-cita melawan ketidakpastian dalam hidup
Sudah dua bulan lamanya rindu belum terhapuskan
Bahkan oleh SMS-SMS yang paling mesra yang pernah dibuat
Dirinya sakit
Sakit rindu yang berat
Bahkan bila malam mulai merambat
Tubuhnya menggigil
Tulangnya ngilu
Hatinya gundah gulana
Dan ia pun bertambat pada Penciptanya
Mengharapkan kata-kata setia masih melekat dalam hatinya
Mengharapkan kata-kata setia masih melekat dalam raganya
Malam itu tepat dua bulan purnama ia sendiri
Gundah gulananya menguasai jiwa mengalahkan jernihnya akal
Gundah gulananya menguasai jiwa mengalahkan nurani sucinya
Ia biarkan matanya menelusuri langit-langit
Ia biarkan pikirannya mengumpulkan semua kenangan suaminya
Dan ia pun semakin sakit
Dan ia pun semakin rindu
Dan ia pun memanggil nama suaminya lirih
Dan ia pun memanggil Sang Penciptanya untuk mengeluh
Air mata rindunya menetes
Malam itu bantal basahnya menemaninya hingga subuh
Kelelahan dalam rindu yang membuatnya tidur
Sejenak terlupa sakitnya rindu
Pagi menjelang dan iapun bekerja
Ditempat kerja ia tak pernah bisa berkonsentrasi
Ditempat kerja ia berusaha membenamkan rindunya
Ditempat kerja ia berusaha menjadi sehat
Pekerjaan yang ada dijadikannya obat
Tetapi.....
Detik demi detik
Menit demi menit
Jam demi jam
Dilaluinya dengan kenangan-kenangan yang memenuhi ruang fikirnya
Tak ada tempat baginya untuk lari
Tak ada tempat baginya ruang bebas
Bahkan dengan pekerjaan yang menumpuk
Bahkan dengan pekerjaan yang menyita waktu
Ia dimakan bulat-bulat oleh rindu yang menggigit
Terkadang matanya menatap kosong
Terkadang mulutnya bergumam nama suaminya
Terkadang ia menjatuhkan sesuatu
Ia merasa sendiri
Ia merasa sepi
Meski tak sendiri
Meski tak menyendiri
Dan kini telah dua bulan purnama ia menanti
Ia semakin tak dapat mengendalikan diri
Ia semakin merasa tak menentu
Apakah karena penantian sekian lama
Apakah karena dua bulan purnama?
Monday, April 26, 2010
Rindu yang Menggigit (1) - Dua Bulan Purnama Menanti
Labels:
cerita cinta,
cerita puitis,
cinta,
puisi,
puisi cinta,
purnama,
rindu,
RYM1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment