Thursday, June 3, 2010

1000 Jawab

Sebuah tanya memecah sunyi
Benak tergelitik
Mata tertuju
Kesadaran menggeliat
Dan menunggu
Dan penasaran
Dan tak sabar

Tetapi jawab tak segera
Dia sengaja
Dia menjadi perhatian

Wajah-wajah penasaran
Wajah-wajah ingin tahu
Menatapnya dalam-dalam
Menelannya dalam fikir
Mengunci semua gerakannya dalam mata-mata yang fokus

Ia pun bersuara
Setiap tanya yang ada aku punya 1000 jawab untuknya
Dan ia pun bernarasi
Satu per satu hingga seribu
Saat ke seribu tiba sudah tak ada mata yang menatapnya
Saat ke seribu tiba ia hanya di dengar angin

Apa Kabar Merdeka?

Dulu pejuang-pejuang itu berteriak merdeka
Agar nyali-nyalinya yang kecil tak membuatnya gentar
Agar semuanya merasa perjuangan itu ada
Agar musuh tahu kita meradang dan melawan

Dulu pejuang-pejuang itu merangkak dalam kegelapan
Bukan karena takut mati
Bukan karena takut terluka
Tetapi kemerdekaan itu perlu banyak jiwa

Dulu pejuang-pejuang itu melupakan lelah
Mulutnya terjaga dari mengeluh
Semangatnya terjaga dari luntur
Meskipun mereka tahu merdeka belum tentu untuk mereka

Apa kabar merdeka?

Wednesday, June 2, 2010

Teriakan Sang Jendral

Seorang Jendral berteriak memacu semangat prajurit-prajuritnya untuk mendaki bukit kemenangan...
'Kemenangan sudah di depan mata kita'
'Kemenangan sudah tak akan lari ke musuh kita'
'Genggam kuat-kuat, kita sedang tak bermimpi'
'Ini realita yang harus kita terima'
'Hayo... jangan padamkan semangatmu'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hebatnya perjuangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'

Sang Jendral memang sudah di puncak bukit kemenangan, meskipun hanya seorang diri dia tersenyum optimis. Dilihatnya prajurit-prajurit yang tak kenal lelah itu mendaki dengan pasti menyusulnya. Rintangan demi rintangan telah dilalui, dan ia tahu bahwa ia tak akan pernah sendiri.

'Darah kita adalah darah pejuang'
'Dia mengalirkan api-api semangat yang tak boleh padam'
'Selama kita berdegup'
'Selama kita berkedip
'Selama kita mendengar'
'Selama kita melangkah'
'Biarkan...biarkan....'
'Hayo... daki dan taklukkan bukit ini'

'Berdiri di samping ku untuk merasakan hembusan kemenangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'


Tersenyum dan tersenyum ia kegirangan, kini sudah banyak yang menemaninya di bukit yang sepi itu. Sekarang tidak hanya dia yang dapat melihat indahnya kemenangan. Ia sudah mempunyai banyak teman di atas bukit itu, dan semuanya merasakan apa yang ia rasakan, melihat apa yang ia lihat. Dan itulah kemenangan yang ia idam-idamkan. Meskipun masih banyak bukit lagi yang perlu ditaklukkan.

Ia pun berbisik pada angin yang menghampiri:
Merdeka !

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato