Wednesday, March 31, 2010

Aku yang Mengaku Cinta

Bisik hatiku berucap aku mengaku cinta. Meskipun hati tak berbunga. Getir pahit empedu kukecap dengan sabar. Tetapi lara singgah ketika hasil tak jua nampak. Ah.. Padahal aku mengaku cinta.

Langkah kaki berjalan tak henti, menyusuri detak-detak jantung yang ada kini juga nanti. Meskipun sholat hambar, harus kuarunginya dengan iman. Apakah aku sakit kronis? Pelita tak bersinar, mungkin minyak ibadah tlah menguap lama tanpa disadari. Ah.. Padahal aku mengaku cinta.

Mata ini ingin menatap surga. Tetapi begitu lepas melihat indahnya mahluk Mu. (Kutarik nafasku) kendalinya entah kucari dimana. Bidadari-bidadari surga yang kurindu apakah kelak masih menemaniku. Padahal aku mengaku cinta.

Duhai Yang Maha Mendengar, genggamlah bisikkan hatiku, genggamlah ucapan cintaku. Tubuhku dan jiwaku bersedia pada Mu. Warnailah selalu jangan pudarkan sinarMu.

Tuesday, March 30, 2010

Sejuta Semangat

Aku beri engkau panah semangat
Busurnya adalah waktu
Carilah tujuan
Ayo gerakkan hatimu

Aku beri engkau panah gelora
Busurnya adalah waktu
Bidiklah sasaran
Ayo nyalakan dirimu

Aku beri engkau sejuta semangat
Hatimu sedih
Hatimu lemah
Sepertinya perlu sejuta lagi

Aku beri engkau sejuta gelora
Hatimu sempit
Engkau pesimis
Sepertinya perlu sejuta lagi

Ketiadaan tak mau mampir
membersihkan kelam dan gelap
yang menyandra ruang hatimu

Ceria tak mampu bertarung
mengusir kelam dan gelap
yang meraja di istana hatimu

Ini adalah perjuangan
Engkau harus mengerti
Ini adalah kehidupan
Engkau harus memahami

Sejuta semangat bukan untuk dipendam
Ianya kan beranak pinak ketika digunakan
Memenuhi rongga hati
Mengusir kelam dan gelap
Bahan bakar sorot mata yang buram
Ianya kan menatap mantap
Kabut dan ilusi bukanlah tembok penghadang

Ini adalah perjuangan
Semangat bahan bakarnya
Panenlah ia selalu
Dimasa paceklik hidupmu
Dimasa berlimpah hidupmu
Waktumu hargailah...
Waktumu warnailah...
Meskipun sejuta semangat tak cukup

Monday, March 29, 2010

Permohonan

Malam ini Raja aku termangu
Bahasa Mu pelita
Fikir menjadikannya mata angin
Hati bening
Raga tertunduk tanpa daya
terpaku dalam ketaatan dan
takut jatuh dalam lembah kebebasan semu

Takut meraja karena Raja
Patuh karena Raja
Harapku pun ada karena Raja


Kesalahan dalam waktuku tak terhindar
Alpaku terlepas dari genggaman kesadaran
Lemah alasanku
Rajaku maafkan
Jangan tercabut akar-akar keimananku
Perbaikilah
Sempurnakanlah

Aamiin

Sunday, March 28, 2010

Lapar

Sedapnya kekayaan menggoda
Lapar rasa aman mengganggu
Tak cukup
Tak cukup
Perut sudah maju
Badan sudah susah berjalan
Tetapi dasarnya belum tercapai

Tangan masih saja meraba
Mana yang bisa direngkuh
Mana yang bisa dirampas
Telan bulat-bulat
Tak boleh buat yang lain
Tak cukup
Tak cukup
Perut sudah maju
Duduk juga susah
Apalagi berjalan
Puas tak datang
Dia sedang bertamu di seberang
Didepan rumah sudah ditulis
Maaf kami tidak terima kenyang
Kenyang dan puas bukan teman

Kata orang ini penyakit
Namanya lapar
Ah ada-ada saja lapar kok penyakit
Ini adalah masalah hidup
Kita punya keinginan
Salah sendiri mereka yang mudah terpuaskan
Kekayaan tak boleh dibatasi
Ini hak
Ini kebebasan
Kebebasan yang tidak pernah kebablasan
Aturannya jelas
Dia yang mampu boleh ngegasak
Tebas sana
Tebas sini
Tak cukup
Tak cukup
Perut sudah maju
Kaki tak mampu menopang
Jalannya goyang

Aku dengar ada suara-suara miring
Protes apa yang kupunya
Biasa orang yang tak mampu
Punya sakit hati
Ha ha ha ha ha.....
Selalu teriak-teriak dipinggir
Padahal kalau bisa juga sama
Sikut aja
Sikut aja
Jurusnya juga sama sama aku
Lha namanya lapar tak berujung
Sebelum ada global warming
global lapar ada duluan
Cuman aktornya saja yang ganti

Kriuk kriuk perutku bunyi
Lapar itu namanya
Kapan ya puas dan kenyang mampir?

Saturday, March 27, 2010

Pemain Gelandang

Bola digocek dengan mudah. Setelah mengalami serangan yang bertubi-tubi, nampaknya pemain bernomor 10 itu mulai gerah. Agaknya ada angin segar atau karena sudah merasa tanpa beban, semua potensi dikeluarkannya.

Sandungan demi sandungan sudah dihadapi. Mampukah pemain gelandang ini menyarangkan goal kebebasannya. Ataukah nasibnya dengan mudah disapu habis oleh pemain belakang.

Pertandingan yang layak ditonton, apakah ini hanya merupakan sepakbola gajah. Ataukah partai persahabatan yang penuh misteri? Ataukah akan menjadi adu bintang dilapangan tengah?

Pemain gelandang bernomor 10 itu bukan Maradona, itu lho Mr Susno. Oke deh pak salut kami dengan kemampuan Bapak. Apapun hasilnya semoga menjadikan Indonesia lebih sehat.

Aamiin

Friday, March 26, 2010

Apa Kabarmu Sahabat

Apa kabarmu sahabat?
Ini adalah pertanyaanku yang keseribu
pada diriku sendiri
Tak mungkin aku bertanya padamu
Raga kita terpisah begitu jauh
Bentang dan jeruji diantara kita
Hanya doa yang menyatukan kita

Apa kabarmu sahabat?
Aku memandang langit yang melukis dirimu
Dia meneteskan tetes-tetes kerinduan yang tiada henti
Menatapnya terkadang membuatku terlupa
Rindu yang terkadang menyengat
Hampa sejenak
Melayang fikiran tak terikat bumi

Apa kabarmu sahabat?
Hatiku bersuara memanggil namamu
Dalam keheningan
Dalam kesibukan yang terpenggal
Dalam sujud
Dalam langkahku
Kudoakan dirimu mesti hanya dalam kalimat serhana

Diri ini sedang terdiam
Berkontemplasi sejenak dengan kenangan
Kebaikan-kebaikan yang tertanam
Amarahmu yang tersirat
Seyum dan candamu yang terlepas
Dirimu apa adanya
Kita bersama memaknai waktu
Mengisinya mengukir kenangan

Sahabat entah berapa kilo meter kita jalani bersama
Entah berapa ribu kali kita bertegur sapa
Bukan karena teriknya matahari kita berpisah
Bukan karena dasyatnya badai yang mengganas kita tak bersua
Sekiranya bintang menunjukkan jalan
Angin menyingkirkan halangan
Semoga rindu kan terhapus.

Wednesday, March 24, 2010

Detik Ke 60

Ini detik ke 60
Menit sudah bertambah
Matahari sudah bergeser
Rumput meninggi sepersekian mili
Angin telah berhembus

Ini detik ke 60
Jam sudah bertambah
Matahari sudah bergeser
Rumput meninggi sepersekian mili
Kendaraanku telah mencapai tujuan

Ini detik ke 60
Hari sudah berganti
Malam yang pekat gelap sunyi
Bintang-bintang bekerlip
Rumput meninggi sepersekian mili
Angin malam entah kemana
Kendaraanku tertambat dalam garasi

Ini detik ke 60
Bulan sudah berganti
Matahari sudah bergeser
Rumput meninggi sepersekian mili
Angka satu dimulai lagi
Pundi-pundi telah terisi
Daftar belanja segera terpenuhi

Ini detik ke 60
Tahun sudah berganti
Semakin dekatkah aku ke tujuan
Ataukah hanya sekedar berjalan
Di arah yang tak nyata
Jarak yang tak beranjak meski sedepa

Tujuan tampaklah dimataku
Janganlah menjauh dariku
Pandu aku hai angin
Teriaklah padaku hai hujan
Bintang-bintang berkeliplah ditujuanku
Bulan ceriakan aku
Mentari semangati aku
Kaki meloncatlah jauh dan jatuhkan aku di garis finish.

Tuesday, March 23, 2010

Garis Tangan

Sejenak menyiapkan perangkat
Engkau pergi ke belukar
Membersihkannya dengan seksama
Tak sengaja tanganmu tergores
Luka...tak dalam
Engkau tersenyum dan berkata
"Ini garis tanganku"

Lalu kau berikan makan terbaik
untuk kambing kesayanganmu
Kau sayangi ia sedari kecil
Hingga kini gemuk
Dan besok siap disembelih
Engkau menatapku sembari tersenyum nakal
"Ini garis tangannya si embek"

Memasuki rumah
Sekilas engkau melihat mangga ranum
Engkau memanjatnya
Ketika hampir kau tangkap
Dahan dan buahnya jatuh ke bawah
Engkau mengerang kesakitan
Adikmu yang kebetulan lewat mengambil mangganya
Engkau meringis sambil berbisik
"Ini garis tanganku dan garis tangan adikku"

Lalu aku memberikan telapak tanganku padanya
"Coba katakan apa bunyi garis tanganku?"
Engkau bukannya menatap tanganku
Malah menatap mataku erat-erat
Gedubrak...
Ah rupanya aku terjatuh dari tempat tidur
"Ah rupanya ini garis tanganku"

Aku Adalah Hamba yang Tertawan

Aku adalah hamba yang tertawan udara
Tak bisa hidup tanpanya
Gerak terbatas
Nafas terhenti

Aku adalah hamba yang tertawan bumi
Tak punya sayap
Tak mampu meninggalkannya
Kaki terikat tanah
Kemana pergi kembali menginjak tanah
Bahkan... Bahkan saat meninggal

Aku adalah hamba yang tertawan uang
Tertawan indahnya materi
Mencibir
Mengerenyit pada ketakberadaan
Selalu dahaga
Tak pernah mengenal cukup
Meski dibawah kita hitungan sejuta terlampaui
Khusyu pada target-target
Tak bergeming meski badai-badai peringatan masuk dalam hidupku

Aku adalah hamba yang tertawan kristal bening pembawa hiburan
Mata terpasung
Pikiran tersedot
Zombie
Pencet sana pencet sini
Meskipun sudah 8 jam lebih
Khusyu
Ah... Sayang sekali waktu melaju

Aku adalah hamba yang tertawan kesia-siaan
Bergunakah?
Haruskah kukerjakan?
Dengan apa aku mengukurnya?

Aku ingin menjadi hamba yang Kau tawan
Senantiasa khusyu dihidupku untuk Mu
Meskipun berat yang kujelang
Diriku utuh dalam penjara Mu
Tertawan total

Pidato Jagalah Hati

Saudara-saudara sekalian
Hati adalah suatu misteri
Dianya tak terlihat
Tak pernah tahu bagaimana kondisinya
Dianya akar dari segala ahlak kita
Baiknya ia baiknya ahlak
Buruknya ia buruknya ahlak

Marilah kita merawatnya dengan seksama
Membersihkannya
Menyianginya dari benalu-benalu kebiasaan buruk
Yang kita miliki
Baik disadari atau pun tidak
Menyianginya dari dendam-dendam terpendam yang tumbuh subur
Karena kita enggan mencabutnya
Karena kita tak pernah merasa puas meskipun sudah membalas

Menjaga hati adalah perjuangan yang tak pernah berhenti
Kita bukan mesin-mesin yang tak bisa alpa
Kita bukan mesin-mesin kehidupan yang sempurna dalam bertindak
Kita adalah kita yang memang tercipta lemah
Tercipta lemah untuk menjadi kuat
Tercipta lemah untuk menjadi tegar
Tercipta lemah untuk menjadi ihsan
Tercipta lemah untuk menjadi ihlas
Dengan hati yang bersih
Dengan hati yang senantiasa hidup
Hidup karena mengingat Sang Pencipta
Hidup karena kita sadar akan dihisab
Hidup karena kita menerima bahwa kita lemah
Hidup karena kita berjuang menjaganya

Saudara-saudara sekalian
Janganlah kita hidup dengan hati yang mati
Tak mengenal kita mana yang benar dan mana yang salah
Hanya terpaku apa yang paling menguntungkan bagi kita
Diukur dengan kantong-kantong kita
Diukur dengan kepuasan kita
Semuanya tertutupi
Hati kita kita telantarkan begitu saja
Mari
Mari diriku
Mari saudara-saudaraku kita menjaga hati
Ingatlah hati yang bersih akan menghasilkan amal yang baik.

Aamiin

Friday, March 19, 2010

Jika Cinta yang Kau Beri Maka tak Mengapa

Hujan badai dalam ganasnya ombak persoalan
Terhempas di antara perihnya karang-karang keras persaingan
Muncul tenggelam dalam lautan asa
Itulah kehidupan yang kita jelang
Jika memang harus begitu
Tak mengapa
Tak mengapa jika berujung dengan cinta Mu

Terbenam dalam pasir ketakberadaan
Tak mampu beranjak terbelenggu dalam kesederhanaan
Menjadikan doa sebagai senjata
Malam hening sebagai teman
Itulah warna kehidupan
Jika memang harus begitu
Tak mengapa
Tak mengapa jika berujung dengan cinta Mu

Aku tak meminta lebih dari cinta
Dan biarkan aku terpana
Allah tak mengapa
Tak mengapa jika berujung dengan cinta Mu

Thursday, March 18, 2010

Puisiku

Duhai bintang-bintang dilangit
Duhai bulan yang melayang
Duhai awan yang tak nampak
Dengarkan puisiku
Puisiku bukan mantra-mantra cinta
Puisiku bukan sekedar ungkapan hati

Kau bintang semakin berbinar jika mendengar
Kau bulan kan berseri tak jemu mendengar
Kau awan tetap tegar meski terbawa angin dikeheningan
Bahkan puisiku tertelan di dalamnya
Maka awan dengarkan puisiku
Dia akan menjadi pasak kegalauanmu

Duhai rumput hijau yang akan mengering
Duhai tanah yang merekah yang terlalu kering
Duhai benih yang tak mau tumbuh
Dengarkan puisiku
Puisiku bukan air hujan
Puisiku bukan sekedar penawar dahaga

Kau rumput akan menghijau kembali ketika kau dengar
Kau tanah akan segera gembur ketika kau dengar
Kau benih akan hidup dan tumbuh dengan lantangnya
Bahkan puisiku tertelan di dalamnya
Biarlah tetap kubaca dan kau akan tumbuh semakin lantang menuju langit

Duhai diriku yang menua
Bacalah puisiku
Dengarkan nada-nada sumbangnya
Semakin ku dengar semakin ku mengerti
Tak sempurnanya aku
Tak sempurnanya puisiku
Puisiku bukan mantra
Puisiku bukan air hujan
Puisiku hanyalah celotehan seorang hamba

Duhai diriku yang berpijak di bumi
Bacalah puisiku
Dengarkan celotehanku
Semakin ku dengar semakin ku mengerti
Bintang selalu berkerlip genit pada setiap orang
Bulan tak pernah bersemu merah mendengarku
Bahkan suara jangkrik lebih puitis dan lebih indah mengisi malam

Duhai diriku yang berandai-andai
Bacalah puisiku
Sadarilah kebesaran Nya
Bintang, bulan, dan awan milik Nya
Rumput menghijau karena Nya
Tanah subur disirami hujan karena cinta Nya
Benih yang tumbuh karena Nya
Tak layak aku mengenakan pakaian kesombongan
Tak pernah layak hamba mengenakannya
Meski hanya sedetik pun
Meski hanya sekejap pun

Dan biarlah kubaca puisiku
Dan biarlah ia ditelan lantangnya benih-benih yang tumbuh
Dan biarlah ia terdengar sengau dalam lagu sang jangkrik
Do re mi fa sol yang datar lebih memukau dalam malam

Memang... hamba tak pernah mengalahkan Sang Kuasa
Meskipun itu dalam karya

Thursday, March 11, 2010

Jarak tak Memisahkan

Bila kau ragu mungkin itu artinya rindu
Menatap jarum yang menjelajahi satu hingga dua belas
Kau biarkan parasmu merekam tanda tanya
dari hatimu
dari fikirmu
Aku sedang dimana?
Itu mungkin tanyamu
Aku sedang dengan siapa?
Itu mungkin cemburumu
Kekanglah ia dengan pesanku
Kekanglah ia dengan suaraku
Meskipun jarak memisahkan
Sang waktu pun tak menyatukan

Bila kau ragu mungkin engkau sedang mencari
Mencari pembenaran atas prasangka
Mencari jalan lain dari kejemuan
Mencari cari benarkah noktah-noktah tanyamu dapat kau hapus
Dengan mengeksplorasi ingatanmu
tentang aku
tentang kita
Sedih
Duka
Gembira
Tawa
Canda
Mimpi
Cita-cita
Jangan sepotong yang kau ambil
Bukankah kita hadir dalam keseluruhannya
Itulah kita utuh karena semuanya
Meskipun itu ragumu

Bila kau ragu biarkanlah ia menggerogoti hatimu
Hingga yakinmu hilang
Dan engkau pun bimbang
Alang-alang yang tertiup angin
Air di daun talas
Kecewamu mengalahkan kenyataan
Engkau dalam rasamu
Tak mampu mengusir kegalauan yang meraja
Akupun jadi pahlawanmu
Meskipun itu hanya dengan senyuman
Ataupun hanya dengan kedipan
Ragumu akan kubumihanguskan
Temuilah aku dengan seluruh ragumu
SMS aku
Telepon aku
Ragumu kan pergi
Meskipun waktu tak menyatukan
Meskipun jarak terbentang tak sedepa

Suatu hari nanti kita pun tahu
Ragu hanya guru kita
Jarak hanya penguji kita
Yakin senjata kita

Tuesday, March 9, 2010

Lampu Aladin

Ho ho ho tuan apa yang saat ini anda minta
Ho ho ho semua pasti bisa terpenuhi
Tidak ada syarat yang aneh-aneh
Hanya perlu digosok
Gosok lagi
Gosok lagi
Ho ho ho saya akan muncul

Jualan lampu Aladin pasti laku banget
Apalagi kondisi saat ini
Dimana Allah jauh di mata dan jauh di hati
Orang lebih suka yang instan-instan
Meminta pada Allah dipandang gak jelas
Terlalu lama
Nggak cepat
Syaratnya juga banyak
Mesti jadi orang soleh
Itupun hanya cerita atau konsep
Iman perlu melihat realita
Logika lebih menerima lampu Aladin

Ho ho ho gosok saya saja
Ho ho ho mau jalan-jalan?
Ho ho ho mau makan enak?
Ho ho ho mau awet muda?
Ho ho ho ayo ayo gosok saya aja
Ada member get membernya
Makin sering dipakai makin banyak poinnya
Nggak usah malu-malu
Pemakainya dari yang kaya banget dan yang kepepet
Dari pinter banget sampai yang keminter
Wis to gak usah ragu
Tinggal gosok-gosok saja
Your wish is my command bro

Begitulah lampu Aladin
Suatu pesan bagi mereka yang papa
Selalu ada harapan menjadi kaya
Untuk memilikinya dengan instan
Melupakan Allah sang pemberi rezqi
Melupakan perjuangan adalah syukur

Menjual lampu Aladin dijamin laku
Hanya saja perlu pemasaran yang tepat
Di Indonesia sudah banyak pesaingnya
Pohon kramat
Kuburan kramat
Cincin magic
Keris sakti
Wah produknya harus bisa bersaing
Soalnya bukan cuman satu
Market leadernya belum ketahuan
Tetapi dipastikan pasar belum jenuh

Ayo ayo ayo siapa mau beli?

Monday, March 8, 2010

Beri aku Nafas

Beri aku nafas
Letakkan tanganmu dijantungku
Rasakan degupnya
Dia meronta
Tak mau berhenti

Beri aku nafas
Peluklah aku
Rasakan deritaku
Cabutlah sedihnya
Dia meluap-luap
Tak terbendung
Bahkan kau yang garang menangis

Beri aku nafas
Agar kakiku menapak dengan kuat
Lemah atau lelah aku tak mau punya
Dia mengejarku
Dia ingin membrangusku
Hingga terkapar di sudut putih
Tanpa perlawanan

Beri aku nafas
Terbangkan aku ke pulau dewata
Aku akan mengejar ombak
Melupakan kesibukkan
Yang tak mau kompromi
Pagi, siang, malam tak henti

Beri aku nafas
Sandarkanku dipundakmu
Ambillah kegamanganku
Rubahlah ia menjadi keberanian
Tanamkanlah benih percaya diri
Hingga kegamangan pergi
Larut
Mencair
Menguap

Aku berdoa
Aku bersujud
Dalam rintik air hujan
Dalam teriknya matahari
Dalam gelapnya malam
Agar kau beri aku nafas

Sunday, March 7, 2010

Cinta yang Lebay

Ditandai terbitnya matahari
Waktuku tlah berkurang satu
Engkau masih terdiam
Berbagi senyum tak mau
Aku bukan perayu
Atau pemberi gula dalam berucap
Entah bagaimana meluluhkan
Hatimu karang tak tertaklukan

Cinta layaknya mawar berduri
Indah tak terperi
Nyeri karena tak memiliki
Tambatan hati diam membisu
Sejuta puisi tak mampu mengisi
relung hatimu yang terdalam
Engkau bukan telinga
Engkau bukan gunung
Apa yang akan membuatmu mendengar
Apa yang harus kudaki

Aku bukan bintang dimatamu
Diriku buram dalam matamu
Menoleh pun tak mau
Tegur sapa mu kunanti
Setiap engkau berkata seakan alam terhenti
Kubilang diam pada jantungku
Jangan bersegup
Engkau mengganggu dewiku
Ucapannya mentari
Mengusir awan gelap penantian
Bak lagu yang memberi rasa
Kekosongan hati tak ada
Gerak bibirnya racun rindu terganas
Meninabobokkan
Menenggelamkan

Aku tak punya jati diri
Hilang terbius
Terkubur dalam harapan
bertepuk
berbagi rasa
berbagi cita-cita
tawa canda
Khayalan terlalu nyata
Khayalan terlalu menyita
Dia malah menoreh luka

Jika cinta harus menanti
Menantilah aku
Jika cinta harus memberi
Memberilah aku
Jika cinta tak harus memiliki
Aku tak mau
Aku egois dalam cinta
Aku pejuang cinta
Aku lemah tapi tak takut kalah
Sejuta puisi tak cukup
Sejuta lagi kan kubuat
Aku tak mau menyerah

Ditandai dengan tenggelamnya matahari
Waktuku tlah terisi satu
Untuk cinta yang tak kau beri
Untuk aku yang mencari celah
Dalam hatimu yang tak kau sediakan
Bahkan untuk senyumku yang paling manis
Bahkan untuk rayuanku yang paling puitis

Rasa Kantuk

Berkuasa
Tak kuasa mengusir
Berat
Tak mampu berpikir

Bantal dicari
Sekedar menyandarkan
Ah imajinasi pun tak mau singgah
Pikiran terselubung
Redup

Kabut
Energi tak sanggup
Lemah
Malas terbungkus selimut
Mencari kenyamanan dalam titik nol kesadaran

Hilang
Berkelana
Jatuh dalam pelukan
ternikmati tanpa disadari
Tidurlah aku
Kalah

Thursday, March 4, 2010

Saat Berwudlu

Ting...air membangunkan
Kantuk sejenak menguap
Segar sejenak hinggap
Meski wajah terbasuh hati yang merasa
Ting...pikiran jernih kurasa
Problema terlupa
Tiada beban, ringan dalam rasa
Energi terisi, jiwa dalam kendali
Raga tersinergi dalam niat
Tetes demi tetes dia terurai
Yang lepas memberi kesejukkan
Harapkan ampunan dosa disetiap kejadiannya
Yang menempel biarlah sejukkan aku
Tes..tes..
Bergugurankah
Semoga tersucikan
Semoga tersehatkan
Amiin

Wednesday, March 3, 2010

Sujudku ke Sejuta

Allah ini adalah sujudku yang kesejuta
Dalam pencapaiannya ada doa
Dalam pencapaiannya ada harapan
Dalam pencapaiannya ada tangis
Dalam pencapaiannya ada kehampaan
Dalam pencapaiannya ada keputus asaan
Dalam pencapaiannya ada kegamangan
Dalam pencapaiannya ada keraguan
Dalam pencapaiannya ada kejemuan

Allah ini adalah sujudku yang kesejuta
Ini adalah obat sakit jiwaku
Bersihkanlah kesombongan
Bersihkanlah nifaq
Bersihkanlah kefasiqan
Bersihkanlah dosa
Dalam diriku
Dalam hatiku
Dalam jiwaku
Dalam catatan Mu

Allah ini adalah sujudku yang kesejuta
Jadikanlah ia kompas
Kemana aku melangkah
dalam gelapnya hutan rimba kehidupan
Jadikanlah ia pengingat
Aku hanyalah seorang hamba dari Sang Maha Kuasa
yang nama Nya selalu disebut
orang papa dan tertindas
orang kaya dan sangat kaya
orang menengah yang berkecukupan
yang memuji
yang bersandar
yang memohon perlindungan
yang mengaku lemah meskipun raja
yang menjadi kuat meskipun tertindas
yang tetap beriman meskipun terombang-ambing

Allah ini adalah sujudku yang kesejuta
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Tuesday, March 2, 2010

Pohon Mangga

Di depan rumahku ada pohon mangga
Dia selalu rajin berbuah
Manis

Pernah aku berbisik padanya
Pohon mangga berpindahlah dari halaman rumahku
Pindahlah ke alun-alun kota
Disana banyak yang membutuhkanmu
Dalam beberapa menit langsung habis buahmu

Pohon mangga tak perduli
Dia tak mau bergeming
Panas hujan dia tetap dihalamanku

Lalu aku berbisik lagi
Pohon mangga kalau kau disini hanya aku yang mengambil manfaatnya
Orang lain hanya dapat dari tanganku
Coba engkau terbuka sedikit
Perluaslah wawasanmu
Berkelanalah dimana orang-orang memerlukanmu

Pohon mangga tak bergeming
Ia hanya cuek
Meski angin ikut membujuknya
Dia terdiam pada pose gagahnya

Dalam Jeda

Tanda tanya tanpa kalimat yang terucap
Benak bertanya mulut tak terucap
Benak menjawab hati tak mampu memastikan
Apa..siapa...kapan...
Awal dari tanya dalam jeda

Tanda seru panas kepala
Gemuruh di dada mematikan nurani
Cemburu, lelah, resah
Menanti sesuatu yang tak pasti
Kemarahan hanya wujud ekspresi
Jeda membuat membara

Bunuhlah sang waktu
hingga kebosanan termutilasi
Jangan kau kubur ia dalam-dalam
Kalau perlu ia musnah
Potong demi potong hangus dalam kreasi

Meski sekedar menarik nafas menanti
Tak mau kuisi benak dengan tanya
Tak mau kuisi benak dengan amarah
Jeda di halte bukanlah sekedar jeda
Benak harus mendapatkan nutrisi
Tanya dan amarah hanyalah menggerogoti
Jeda akan tertawa kegirangan
Diriku hanyalah istana pasir yang ditelan air laut

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato