Duhai bintang-bintang dilangit
Duhai bulan yang melayang
Duhai awan yang tak nampak
Dengarkan puisiku
Puisiku bukan mantra-mantra cinta
Puisiku bukan sekedar ungkapan hati
Kau bintang semakin berbinar jika mendengar
Kau bulan kan berseri tak jemu mendengar
Kau awan tetap tegar meski terbawa angin dikeheningan
Bahkan puisiku tertelan di dalamnya
Maka awan dengarkan puisiku
Dia akan menjadi pasak kegalauanmu
Duhai rumput hijau yang akan mengering
Duhai tanah yang merekah yang terlalu kering
Duhai benih yang tak mau tumbuh
Dengarkan puisiku
Puisiku bukan air hujan
Puisiku bukan sekedar penawar dahaga
Kau rumput akan menghijau kembali ketika kau dengar
Kau tanah akan segera gembur ketika kau dengar
Kau benih akan hidup dan tumbuh dengan lantangnya
Bahkan puisiku tertelan di dalamnya
Biarlah tetap kubaca dan kau akan tumbuh semakin lantang menuju langit
Duhai diriku yang menua
Bacalah puisiku
Dengarkan nada-nada sumbangnya
Semakin ku dengar semakin ku mengerti
Tak sempurnanya aku
Tak sempurnanya puisiku
Puisiku bukan mantra
Puisiku bukan air hujan
Puisiku hanyalah celotehan seorang hamba
Duhai diriku yang berpijak di bumi
Bacalah puisiku
Dengarkan celotehanku
Semakin ku dengar semakin ku mengerti
Bintang selalu berkerlip genit pada setiap orang
Bulan tak pernah bersemu merah mendengarku
Bahkan suara jangkrik lebih puitis dan lebih indah mengisi malam
Duhai diriku yang berandai-andai
Bacalah puisiku
Sadarilah kebesaran Nya
Bintang, bulan, dan awan milik Nya
Rumput menghijau karena Nya
Tanah subur disirami hujan karena cinta Nya
Benih yang tumbuh karena Nya
Tak layak aku mengenakan pakaian kesombongan
Tak pernah layak hamba mengenakannya
Meski hanya sedetik pun
Meski hanya sekejap pun
Dan biarlah kubaca puisiku
Dan biarlah ia ditelan lantangnya benih-benih yang tumbuh
Dan biarlah ia terdengar sengau dalam lagu sang jangkrik
Do re mi fa sol yang datar lebih memukau dalam malam
Memang... hamba tak pernah mengalahkan Sang Kuasa
Meskipun itu dalam karya
Thursday, March 18, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment