'Kemenangan sudah di depan mata kita'
'Kemenangan sudah tak akan lari ke musuh kita'
'Genggam kuat-kuat, kita sedang tak bermimpi'
'Ini realita yang harus kita terima'
'Hayo... jangan padamkan semangatmu'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hebatnya perjuangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'
Sang Jendral memang sudah di puncak bukit kemenangan, meskipun hanya seorang diri dia tersenyum optimis. Dilihatnya prajurit-prajurit yang tak kenal lelah itu mendaki dengan pasti menyusulnya. Rintangan demi rintangan telah dilalui, dan ia tahu bahwa ia tak akan pernah sendiri.
'Darah kita adalah darah pejuang'
'Dia mengalirkan api-api semangat yang tak boleh padam'
'Selama kita berdegup'
'Selama kita berkedip
'Selama kita mendengar'
'Selama kita melangkah'
'Biarkan...biarkan....'
'Hayo... daki dan taklukkan bukit ini'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hembusan kemenangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'
Tersenyum dan tersenyum ia kegirangan, kini sudah banyak yang menemaninya di bukit yang sepi itu. Sekarang tidak hanya dia yang dapat melihat indahnya kemenangan. Ia sudah mempunyai banyak teman di atas bukit itu, dan semuanya merasakan apa yang ia rasakan, melihat apa yang ia lihat. Dan itulah kemenangan yang ia idam-idamkan. Meskipun masih banyak bukit lagi yang perlu ditaklukkan.
Ia pun berbisik pada angin yang menghampiri:
Merdeka !
No comments:
Post a Comment