Gerimis yang melenggak-lenggok tertiup angin. Seakan-akan turun tak berjalur. Angin membawanya kesana kemari. Seakan-akan menggambarkan rinduku.
Aku pun menarik nafasku. Mengambil ancang-ancang, memberanikan diri, menenangkan gejolak. Dua tiga kali kulakukan. Kebranian mulai lepas dari sekatnya. Suaraku sudah siap untukmu.
Aku pun membacakan puisi. Dalam gerimis yang dingin. Dalam rindu yang terombang-ambing. Untuk seseorang disana. Yang mungkin melupakan rindu. Yang mungkin tak pernah merasa gamang. Yang mungkin tak pernah merasakan gerimis. Dingin...
Gerimis pun kan berakhir. Tetapi puisiku belum berakhir. Ini bukan mantra memanggil hujan, bukan pula penangkalnya, ianya rasa rindu yang menggigil. Rindu yang sangat dingin membuat sejenak kelu lidahku. Puisiku belum berakhir. Tetapi gerimis tlah usai.
Dingin, dingin, aku tiba-tiba cengeng, menetes rinduku menggantikan gerimis.Aku berhenti, tak sanggup. Saatnya menunggu gerimis lagi. Agar puisiku merdu terdengar, karena rinduku yang dingin terpancing. Jiwaku, alam, puisi, serasa satu dalam rindu yang dingin, dalam gerimis yang dingin, dalam ucapanku yang dingin. Semuanya menyatu, harmonisasi, menggapai merdu.
Jika gerimis tiba ingatlah aku. Ingatlah rinduku. Ingatlah cintaku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment