Saturday, April 24, 2010

Cerita Cinta yang Lara (4) - Terbang-terbanglah Puisiku

Dikenangnya luka hatinya yang dalam
Dihapusnya dengan membaca dan membaca
Puisi-pusinya yang 100 itu
Puisi-puisinya teman-temannya
Dalam mengusir luka yang kadang-kadang tertiup
Dalam mengusir sepi yang kadang-kadang singgah
Dibawanya kemana-kemana 100 puisinya
Mengelilingi lembah edelweis yang indah
Bercampur baur dengan penduduk desa
Bahkan pergi ke kota untuk keperluan sehari-harinya
Tak pernah lepas dari tubuhnya
Tak pernah lepas bergumam mulutnya merapal
Puisi-puisinya teman-temannya

Cintanya yang pedih rupanya perlahan sirna
Semangat hidupnya kembali terpompa
Dan ia berjalan di jalan hidup yang tak sedih lagi
Ia membawa 100 puisi
Ia mempunyai 100 optimisme
Ia mempunyai 100 harapan
Bahkan ia tergerak untuk membagikan puisi-puisinya
Agar dunia tahu apa yang ia rasakan
Agar dunia tahu dirinya sudah bangkit
Dan kini dia termangu di kaki lembah
Memandang sebuah sungai yang mengalir bening
Tak jemu matanya mengikuti aliran air
Datang dan pergi tak berhenti
Serupa cinta, sedih, dan hampa yang kini ia rasa
Tersenyumlah ia sendiri dan bergumam padaku
'Kapankah cintaku datang lagi ?'
'Sanggupkah aku?'
Bergeraklah kakinya ke tepi sungai
Berpijak pada sebuah batu besar, tangannya menyentuh air yang dingin
Dan ia membiarkan khayalannya tak berpijak
Menerawang alam tanpa batas
Hingga tersentak kembali ke bumi

'Aku harus menyebarkan harapku'
'Aku harus mneyebarkan karyaku'
Dia pun berlari kembali ke rumah
Kembali dengan dirinya dan ide-idenya
Dia pergi ke pasar sejenak
Mencari sesuatu yang membebani fikirnya
Mencari sesuatu yang harus ia dapatkan
Dan membiarkan malam mengantarkannya kembali ke rumah
Kembali ke rumah bersama ide-idenya
Kembali ke rumah dengan harapan barunya
Kembali ke rumah dengan cita-cita barunya
Ia pun memasuki rumahnya
Dan pada pintu yang berderit ia berucap:
'Aku harus menyebarkan karyaku'
Obsesi ataukah optimisme yang menjalar
Ataukah keduanya memang sudah saling bergandeng tangan merasukinya
Merasuki alam bawah sadarnya
Merasuki luka-luka yang perlahan sirna

Pagi menjelang Soetrisno tampak segar kembali
Darah optimisme dan obsesi sudah terpompa ke jantung
Semangatnya berkobar memanas nyalang berbinar dimatanya
Dipandangnya 100 balon gas berwarna-warni siap ia terbangkan
Disetiapnya terikat puisi-puisinya
Ah rupanya ia ingin menerbangkannya
Ia ingin menyebarkannya
Ia ingin berteriak lantang dengan tintanya
Ia ingin berteriak lantang bahwa dia tidak dikalahkan oleh cinta
Dan ia pun membawa keluar 100 balon gas itu
Dilepaskannya  ke udara dan berkata:
'Terbang-terbanglah puisiku....'
'Bawalah pergi hatiku yang pedih...'
'Tinggalkan harapan didadaku...'
'Terbang-terbanglah puisiku...'
'Katakan pada dunia Soetrisno menemukan cinta yang lebih baik'

(TAMAT)

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato