Duhai penjaga air sakti,
bolehkah aku meminta setetes saja?
Kudengar khasiatnya menyembuhkan hati yang mati.
Pergi, pergi, bukan engkau yang menemuiku.
Tapi aku yang datang padamu untuk memberi.
Apakah aku tak masuk kualifikasimu?
Ataukah aku harus memenuhi syarat-syarat tertentu?
Pergi, pergi, jangan bertanya padaku.
Aku yang memberitahu.
Akupun terdiam membisu.
Susah payahku selama ini hanyalah lukisan di tepi pantai.
Aku tak mau menyerah.
Dia melirik aku melirik.
Dia menggaruk aku menggaruk.
Tetap saja dia tak memandangku.
Hatiku harus kuobati.
Tekadku sudah mantap.
Kudengar hanya air sakti yang bisa mengobatiku.
Akan kutunggu sampai berhasil.
10 purnama berlalu,
dia menghampiriku.
Aku pun menghampirinya.
Tamu, apakah engkau yakin dengan permintaanmu.
Kuanggukkan kepalaku.
Sebenarnya tak ada air sakti di dunia ini.
Engkau hanya mencari fatamorgana.
Kembalilah, kerjakan hal lain.
Aku tak mau, hatiku sedang sakit.
Ada yang salah dalam hatiku.
Sepertinya ada yang rusak.
Dia hanya terdiam.
Menarik nafas panjang dan berpesan:
Tak ada yang bisa membantumu.
Tanyakan pada si pembuat hati,
Dia tahu cara memperbaiki.
Dia pun menghilang dari indraku.
Aku terpaku dan diam dalam sendiri.
Saturday, January 2, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment