Monday, January 4, 2010

Mengejar Bayangan

Kuda telah kupacu,
lebatnya hutan telah kulalui.
Baunya cemara telah mulai hilang.
Tinggal aku dengan kudaku dipadang rerumputan.

Kudaku tak nampak kelelahan,
Mengejar dirimu kemana pun kan kulakukan.
Sudah beribu mentari terbit dan tenggelam,
bayanganmu belum kutemukan.

Ini bukan cinta atau dendam.
Ini soal kenangan yang terpendam.
Rasanya terlalu dalam.
Ingin segera kukembalikan.

Duhai elang yang merajai udara,
Kau lihatkah dia?
Lelaki setengah baya,
Nampak gagah dari mana saja kau pandang.

Hai rumput yang menguasai padang,
Terdengarkah langkah kakinya?
Langkahnya tak pernah ragu.
Gerak tubuhnya tak kaku.
Energinya tak pernah beku.

Awan-awan menyoraki ku,
Angin meniupkan bunga rumput ke tubuhku,
Tak kan kau temukan dia,
disini bukan tempatnya.

Kijang muda menghampiriku,
aku tahu dimana dia.
Dia di negri dimana kita tak pernah pergi
Tak ada jalan menuju kesana.
Engkau mesti bertanya bulan dan awan.

Kudaku kutambatkan,
sayapku kukenakan.
Kudatangi bulan dan awan.
Kau akan menemuinya di saat mentari jadi raja.
Di saat sang awan gelap tak berani datang.
Dia ada di danau seberang.

Saat mentari jadi raja, dan awan gelap tak berani datang.
Aku mendatangi danau seberang.
Kutemukan dia di sana,
menatapku seperti aku menatapnya.
Berbaju seperti baju yang kukenakan.
Tak lelah aku memandang.
Akhirnya kutemukan.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato