Monday, January 4, 2010

Menembus Cakrawala

Ditepian sebuah danau aku memandang airnya yang begitu tenang.
Riak-riaknya yang berkejar-kejaran,
berlomba-lomba menuju garis finish.
Angin pun bertiup sepoi-sepoi menyemangatinya.

Merebahkan diri,
dikelilingi rumput-rumput hijau
yang tumbuh segar dimusim hujan,
melepaskan sejenak pikiranku,
kubiarkan dia liar sejenak
menembus cakrawala dogma-dogma yang kukenal.

Awan-awan kegalauan terlalu tebal untuk disingkirkan.
Berharap cahaya pencerahan jiwa menembus kepekatannya.
Hangatnya kebebasan terlalu nyata,
meskipun terkadang ku tak berani memimpikannya.

Kudekatkan telingaku ke tanah,
berharap mendengar degup nafas rerumputan.
Arrgh... Khayalan absurd mulai menguasaiku.
Abstraksiku atas nilai-nilai yang ada bergoyang.
Berharap pijakan iman kuat terpatri dalam jiwa.

Aku harus menembus cakrawala.
Batasan-batasan yang ada dalam diriku kan ku terjang.
Teriakanku kan menggema,
menggetarkan awan-awan kegalauan.
Penyakit-penyakit hatiku akan gemetar,
berlarian tak karuan,
tak ada tempat yang tersisa untuk makar.

Aku harus menembus cakrawala.
Aku rindu mendengar jantungku mendendangkan kemenangan.
Gembira tersingkapnya tirai-tirai kegelapan.
Tak jemu aku memandang sinar pencerahan.

Aku pasti menembus cakrawala.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato