Saturday, January 9, 2010

Pukul 6.30 Pagi

Dua puluh tahun yang lalu,
setiap pukul 6.30 pagi aku terbiasa melihat mentari.
Sinarnya memandikanku,
kehangatannya menyegarkan nadiku.
Udara segar memberikan semangat kehidupan.
Pengendara sepeda berkejar-kejaran memenuhi jalanan.
Tak peduli dengan keringat,
kayuhannya seolah tak mengenal lelah.

Kini aku tinggal di kota yang berbeda.
Tetapi semangat 6.30 pagi hari terasa sama.
Orang bersesak-sesakkan dengan kendaraannya.
Berlomba-lomba dengan tenggat waktu masuk kantor,
masuk sekolah, dan urusan lainnya.
Serasa tidak afdol kalau jalanan tidak ramai.

Masing-masing punya tujuan yang berbeda-beda.
Berbagi di ruas jalan yang sama,
mengalir bak air sungai yang mengikuti jalurnya.

Tak selamanya pelanggan jalan mengamati suasana perjalanannya.
Terkadang pikirannya melayang-layang,
penuh beraneka ragam bunga khayalan dan kenangan.
Cita-cita, impian-impian, atau mungkin problem-problem yang dihadapi.

Pukul 6.30 pagi di Jakarta,
layaknya ritual rutin penyerbuan pusat-pusat perkantoran di mulai.
Semakin siang semakin lambat aliran manusia,
volumenya meningkat dengan pesat.
Hingga mencapai waktu luruhnya.

Pukul 6.30 pagi hanyalah sebuah snapshot,
dari aliran waktu yang tak hingga,
sesaat dari keabadian.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato