Sunday, May 16, 2010

Projek Rambut Hijau (1) - Sang Penyair

Rumput-rumput itu meringkuk bergesekan, berlindung dari dinginnya angin malam yang berhembus. Terus melaju hingga menghabis di depan sebuah rumah berpagar putih. Rumah dua lantai yang hanya berpenghuni satu orang saja. Orang-orang memanggilnya Ihsan seorang penyair yang gemar berkontemplasi, memikirkan nasibnya, memikirkan karyanya, memikirkan perutnya, memikirkan negaranya, bahkan terkadang ia sibuk memikirkan dunia. Tenggelam ia dalam pikirannya, dan saat itulah dunia nyata seakan tersekat, dan ia pun mengelana bebas bersama khayalnya, yang setia menemani, kapan pun ia mau, dimana saja ia mau. Begitulah kehidupan seorang penyair, lamunannya adalah tambang emasnya. Hal itu disadari oleh Ihsan, dan ia pun sering menambang, pagi hari, siang hari, hingga malam hari. Bahkan terkadang ia hanya sedikit tidur dalam beberapa hari. 'Aku menambang emas..', bisiknya memotivasi dirinya sendiri yang terkadang di ambang lelah.

Rumahnya mempunyai luas 400 m2 lebih. Kolam renang untuk relaksasinya pun ada. Ihsan memang seorang penyair yang kondang dan berhasil. Ia mempunyai karya-karya yang fenomenal, namanya sudah melegenda, kerja kerasnya telah menuai begitu banyak keberhasilan, dan ia menyisihkan sedikit keberhasilan itu dengan membangun rumah pusat aktifitasnya senyaman mungkin. Berkontemplasi, relaksasi, membakar kalori, mengundang kerabat, mengundang sahabat, sehingga ia merasa selalu dekat, dengan orang-orang yang dikenalnya. Ihsan merasa membutuhkan mereka, terkadang ia merasa benci sekali dengan kesendirian, sehingga diusirnya kesendirian itu jauh-jauh dengan keramaian. Tetapi ia terkadang juga merasa benci sekali dengan keramaian maka ia pun mengurung dirinya dalam rumah, dan menikmati sepi, menenggaknya detik-demi detik, dan tak pernah merasa kenyang, meskipun mentari pagi berulangkali terbit. Mungkin itulah alasan dirinya untuk tak segera mendua, melengkapi jiwanya yang sendiri.

Pilihan hidupnya untuk menyendiri dahulu sungguh aneh, karena karya-karya yang ditulisnya banyak mengenai cinta. Ihsan adalah sastrawan cinta. Gambarannya tentang cinta sangatlah lengkap, deskriptif, menghanyutkan, membawa ke awang-awang, tetapi juga realistis, sangat nyata, betul-betul sesuai dalam kehidupan. Penggambarannya penuh dengan paradoks-paradoks kehidupan. Banyak sekali pertentangan-pertentangan yang dapat disatukannya dalam karya-karyanya. Cinta begitu dihayatinya. Cinta adalah subyek karyanya. Ironisnya cinta belum hinggap dalam lubuk hatinya. Ironisnya seorang ahli cinta belum menemukan pelengkap jiwanya. Ihsan pun terkadang heran dengan kondisi dirinya. Ia pun terkadang mentertawakan dirinya sendiri. Tetapi hidup terus berjalan, dan ia pun membiarkan dirinya hanyut dalam aliran waktu. Tak ada niatnya untuk berenang menggapai benih-benih cinta. Belum ada dorongan yang begitu kuat membuatnya merengkuh manis pahitnya cinta. Dan ia pun lebih menikmati cinta hanya sebatas imajinasi, yang tak pernah memberinya sakit, dan yang tak pernah memberinya manis. Berkarya dan berkarya, menikmati hasilnya dan menikmatinya.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato