Rumput-rumput itu meringkuk bergesekan, berlindung dari dinginnya angin malam yang berhembus. Terus melaju hingga menghabis di depan sebuah rumah berpagar putih. Rumah dua lantai yang hanya berpenghuni satu orang saja. Orang-orang memanggilnya Ihsan seorang penyair yang gemar berkontemplasi, memikirkan nasibnya, memikirkan karyanya, memikirkan perutnya, memikirkan negaranya, bahkan terkadang ia sibuk memikirkan dunia. Tenggelam ia dalam pikirannya, dan saat itulah dunia nyata seakan tersekat, dan ia pun mengelana bebas bersama khayalnya, yang setia menemani, kapan pun ia mau, dimana saja ia mau. Begitulah kehidupan seorang penyair, lamunannya adalah tambang emasnya. Hal itu disadari oleh Ihsan, dan ia pun sering menambang, pagi hari, siang hari, hingga malam hari. Bahkan terkadang ia hanya sedikit tidur dalam beberapa hari. 'Aku menambang emas..', bisiknya memotivasi dirinya sendiri yang terkadang di ambang lelah.
Rumahnya mempunyai luas 400 m2 lebih. Kolam renang untuk relaksasinya pun ada. Ihsan memang seorang penyair yang kondang dan berhasil. Ia mempunyai karya-karya yang fenomenal, namanya sudah melegenda, kerja kerasnya telah menuai begitu banyak keberhasilan, dan ia menyisihkan sedikit keberhasilan itu dengan membangun rumah pusat aktifitasnya senyaman mungkin. Berkontemplasi, relaksasi, membakar kalori, mengundang kerabat, mengundang sahabat, sehingga ia merasa selalu dekat, dengan orang-orang yang dikenalnya. Ihsan merasa membutuhkan mereka, terkadang ia merasa benci sekali dengan kesendirian, sehingga diusirnya kesendirian itu jauh-jauh dengan keramaian. Tetapi ia terkadang juga merasa benci sekali dengan keramaian maka ia pun mengurung dirinya dalam rumah, dan menikmati sepi, menenggaknya detik-demi detik, dan tak pernah merasa kenyang, meskipun mentari pagi berulangkali terbit. Mungkin itulah alasan dirinya untuk tak segera mendua, melengkapi jiwanya yang sendiri.
Pilihan hidupnya untuk menyendiri dahulu sungguh aneh, karena karya-karya yang ditulisnya banyak mengenai cinta. Ihsan adalah sastrawan cinta. Gambarannya tentang cinta sangatlah lengkap, deskriptif, menghanyutkan, membawa ke awang-awang, tetapi juga realistis, sangat nyata, betul-betul sesuai dalam kehidupan. Penggambarannya penuh dengan paradoks-paradoks kehidupan. Banyak sekali pertentangan-pertentangan yang dapat disatukannya dalam karya-karyanya. Cinta begitu dihayatinya. Cinta adalah subyek karyanya. Ironisnya cinta belum hinggap dalam lubuk hatinya. Ironisnya seorang ahli cinta belum menemukan pelengkap jiwanya. Ihsan pun terkadang heran dengan kondisi dirinya. Ia pun terkadang mentertawakan dirinya sendiri. Tetapi hidup terus berjalan, dan ia pun membiarkan dirinya hanyut dalam aliran waktu. Tak ada niatnya untuk berenang menggapai benih-benih cinta. Belum ada dorongan yang begitu kuat membuatnya merengkuh manis pahitnya cinta. Dan ia pun lebih menikmati cinta hanya sebatas imajinasi, yang tak pernah memberinya sakit, dan yang tak pernah memberinya manis. Berkarya dan berkarya, menikmati hasilnya dan menikmatinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment