Thursday, May 27, 2010

Pengelana Khayal (2) - Istana Rembulan

Malam ini kucoba melenakan diri
Untuk tenggelam dalam khayalku
Tetapi kucari-cari entah kemana ia pergi
Berbagai sudut pikiran kutelusuri
Berbagai gelombang emosi kuarungi
Tak jua kutemui
Bagaimana malam ini harus kulalui...
aku sang pengelana khayal
Yang tak pernah merasa hidup tanpa khayalan
Yang dalam jemu jika tak berkhayal

Hingga penat itu hinggap

Kepenatan kulepaskan sejenak ke sungai
Ikan-ikan pesut di sungai itu terlalu kusam
Bahkan sungai yang bening itu menjadi suram
Kepenatan kulepaskan sejenak ke angkasa
Malam dengan bintang
Malam dengan rembulan
Terlalu sama
Terlalu seragam dengan yang lalu
Khayalku yang mati tak memberinya warna

Waktu  yang berlalu pun menawanku memberi bosan
Tetapi ia membebaskan khayalku
Aku pun mendekati waktu untuk menawanku malam ini
Waktu tawanlah aku...waktu tawanlah aku
Ternyata ia mendengar
Dan angkasa penuh dengan peri-peri yang menari-nari
Serbuk-serbuk terbang milik Peter Pan memandikanku
Ringan sekujur tubuh membumbung tinggi
Bercakap-cakap dengan peri-peri itu
Yang akunya lebih sering mendengar dan mereka bercerita
Mendengarkan mereka indahnya angkasa dan semesta
Mendengarkan mereka indahnya negeri-negeri yang ada di bumi
Mendengarkan mereka indahnya istana-istana yang pernah ada

Mataku berbinar-binar mendengar
Hatiku mencerah dari kesuraman
Ikan-ikan pesut dan air sungai yang kupandang pun begitu sekali
Begitu menghidupkan
Begitu membunuh kejemuan
Suasana ini pun segera kurekam dalam benakku
Tetapi peri-peri itu segera menarik perhatianku
Dikenakannya sepatu awan di kedua kakiku
Mereka hanya memberi isyarat diam padaku
Mereka hanya memintaku memejamkan mata

Istana indah di rembulan membuatku nanar
Berlian-berlian yang pernah ada terkalahkan kilaunya
Menara-menaranya menjulang megah
Menara utara berwarna biru benhur yang bening
Menara selatan berwarna hijau pualam yang teduh
Menara timur berwarna merah delima yang menyemangatkan
Menara barat berwarna violet yang menawan

Pemandangan yang melenakan mata
Dan kubiarkan tubuhku merebahkan diri di dalamnya
Di atas pualam yang memberi sejuk tak terhenti
Aku pun berbisik pada waktu
Waktu tawanlah aku... waktu tawanlah aku
Ia pun masih mau mendengar

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato