Malam ini kucoba melenakan diri
Untuk tenggelam dalam khayalku
Tetapi kucari-cari entah kemana ia pergi
Berbagai sudut pikiran kutelusuri
Berbagai gelombang emosi kuarungi
Tak jua kutemui
Bagaimana malam ini harus kulalui...
aku sang pengelana khayal
Yang tak pernah merasa hidup tanpa khayalan
Yang dalam jemu jika tak berkhayal
Hingga penat itu hinggap
Kepenatan kulepaskan sejenak ke sungai
Ikan-ikan pesut di sungai itu terlalu kusam
Bahkan sungai yang bening itu menjadi suram
Kepenatan kulepaskan sejenak ke angkasa
Malam dengan bintang
Malam dengan rembulan
Terlalu sama
Terlalu seragam dengan yang lalu
Khayalku yang mati tak memberinya warna
Waktu yang berlalu pun menawanku memberi bosan
Tetapi ia membebaskan khayalku
Aku pun mendekati waktu untuk menawanku malam ini
Waktu tawanlah aku...waktu tawanlah aku
Ternyata ia mendengar
Dan angkasa penuh dengan peri-peri yang menari-nari
Serbuk-serbuk terbang milik Peter Pan memandikanku
Ringan sekujur tubuh membumbung tinggi
Bercakap-cakap dengan peri-peri itu
Yang akunya lebih sering mendengar dan mereka bercerita
Mendengarkan mereka indahnya angkasa dan semesta
Mendengarkan mereka indahnya negeri-negeri yang ada di bumi
Mendengarkan mereka indahnya istana-istana yang pernah ada
Mataku berbinar-binar mendengar
Hatiku mencerah dari kesuraman
Ikan-ikan pesut dan air sungai yang kupandang pun begitu sekali
Begitu menghidupkan
Begitu membunuh kejemuan
Suasana ini pun segera kurekam dalam benakku
Tetapi peri-peri itu segera menarik perhatianku
Dikenakannya sepatu awan di kedua kakiku
Mereka hanya memberi isyarat diam padaku
Mereka hanya memintaku memejamkan mata
Istana indah di rembulan membuatku nanar
Berlian-berlian yang pernah ada terkalahkan kilaunya
Menara-menaranya menjulang megah
Menara utara berwarna biru benhur yang bening
Menara selatan berwarna hijau pualam yang teduh
Menara timur berwarna merah delima yang menyemangatkan
Menara barat berwarna violet yang menawan
Pemandangan yang melenakan mata
Dan kubiarkan tubuhku merebahkan diri di dalamnya
Di atas pualam yang memberi sejuk tak terhenti
Aku pun berbisik pada waktu
Waktu tawanlah aku... waktu tawanlah aku
Ia pun masih mau mendengar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment