Tuesday, May 11, 2010

Aku Menunggumu

Dinginnya tubuhku mulai terasa menghentikan jantung perlahan-lahan. Darah anyir mulai terbiasa aku cium, bahkan sadarku mulai melupakanku bahwa itu darahku sendiri. Dan malam terasa kalah gelap dari pandanganku yang mulai hilang. Wajah bidadari itu mulai tercitra kuat dalam benakku. Senyumnya sejenak menghangatkan jiwa, yang terusir oleh dingin yang melawan kuat semangat hidupku, bahkan hingga tertanam dalam tulang-tulangku. Meskipun sejenak terlupa aku akan rasa sakit, rasa nyeri, rasa sedih yang perlahan merayap.

Aku mencoba mengejarnya, bidadari ku itu hanya menjauh, kemudian mendekat, kemudian menjauh. Aku mencoba mendengarkan ucapannya, tapi tak jelas, samar, telingaku seolah tersekat. Dan diam sajalah aku memandangnya. Kurasakan kesepianku di bumi kini terbalas dengan dirinya. Dan aku pun kembali tersenyum kecil, bahkan sedikit terbahak. Bidadari ku hanya menatapku seraya berujar...ah aku tak jelas mendengarnya.

Tubuhku yang mendingin itu kini terguncang-guncang, desing-desing peluru telah berhenti, aku merasakan banyak tangan yang mengangkat ku, dalam sadarku gelap sudah pergi menutup mataku, aku pun melihat terang. Terlihat wajah-wajah tersenyum memandangku, 'Engkau tertidur selama 3 hari...., setelah gudang amunisi itu meledak, serangan besar-besaran dikerahkan, dan kami menemukanmu dengan denyut jantung yang lemah..' Ah ajaib, aku masih merasakan hidup, tanya yang entah kuberikan pada siapa. Kupandang wajah-wajah itu satu persatu, mereka menampakkan wajah kemenangan, senyumnya lepas begitu saja, tak ada beban yang tersirat dalam ekspresi-ekspresi itu. Semua orang merasakan kemenangan, semua orang merasakan kebebasan, di sini hanya aku yang merasa kalah. Hanya aku seorang yang tiba-tiba merasakan kalah, baru aku mengerti apa yang diucapkan bidadariku, rupanya dia berbisik 'Aku menunggumu....'

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato