Dinginnya tubuhku mulai terasa menghentikan jantung perlahan-lahan. Darah anyir mulai terbiasa aku cium, bahkan sadarku mulai melupakanku bahwa itu darahku sendiri. Dan malam terasa kalah gelap dari pandanganku yang mulai hilang. Wajah bidadari itu mulai tercitra kuat dalam benakku. Senyumnya sejenak menghangatkan jiwa, yang terusir oleh dingin yang melawan kuat semangat hidupku, bahkan hingga tertanam dalam tulang-tulangku. Meskipun sejenak terlupa aku akan rasa sakit, rasa nyeri, rasa sedih yang perlahan merayap.
Aku mencoba mengejarnya, bidadari ku itu hanya menjauh, kemudian mendekat, kemudian menjauh. Aku mencoba mendengarkan ucapannya, tapi tak jelas, samar, telingaku seolah tersekat. Dan diam sajalah aku memandangnya. Kurasakan kesepianku di bumi kini terbalas dengan dirinya. Dan aku pun kembali tersenyum kecil, bahkan sedikit terbahak. Bidadari ku hanya menatapku seraya berujar...ah aku tak jelas mendengarnya.
Tubuhku yang mendingin itu kini terguncang-guncang, desing-desing peluru telah berhenti, aku merasakan banyak tangan yang mengangkat ku, dalam sadarku gelap sudah pergi menutup mataku, aku pun melihat terang. Terlihat wajah-wajah tersenyum memandangku, 'Engkau tertidur selama 3 hari...., setelah gudang amunisi itu meledak, serangan besar-besaran dikerahkan, dan kami menemukanmu dengan denyut jantung yang lemah..' Ah ajaib, aku masih merasakan hidup, tanya yang entah kuberikan pada siapa. Kupandang wajah-wajah itu satu persatu, mereka menampakkan wajah kemenangan, senyumnya lepas begitu saja, tak ada beban yang tersirat dalam ekspresi-ekspresi itu. Semua orang merasakan kemenangan, semua orang merasakan kebebasan, di sini hanya aku yang merasa kalah. Hanya aku seorang yang tiba-tiba merasakan kalah, baru aku mengerti apa yang diucapkan bidadariku, rupanya dia berbisik 'Aku menunggumu....'
Tuesday, May 11, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment