Marah sudah sampai batasnya
Kata-kata sudah membunuh etika
Emosi mencampurkan bara dan lidah
Berikan ucapan yang menyakitkan
Mendidih, meluapkan semua serapah
Nasehat hanya untuk memalingkan muka
Merasa semua salah
Dirilah yang paling benar
Argumentasi sudah percuma
Telinga dan hati sedang ditutup kebisingan serapah
Entah apa yang dapat mendinginkan
Dan terus ia menumpahkan serapah
Hingga energinya mencapai dasar
Dan tak ada yang mampu mendorong luapan emosinya
Terduduk lemas masih dengan amarah yang digenggam
Beri air putih agar desah nafasnya teratur
Beri air putih biar serapahnya terputus
Meski ekspresi memerah padam
Meski keinginan untuk menumpahkan serapah masih besar
Seteguk demi seteguk kebeningan diteguk
Beberapa memberanikan diri menjelaskan
Beberapa memberanikan dir menceritakan
Sehingga sudut pandang pun bergeser
Api yang disulut oleh amarahnya ternyata tak menyulut yang lain
Paham...paham...ia memang bertemperamen
Beri air putih agar padam apinya
Beri air putih biar sadar mengusir emosinya
Satu kata dua kata hingga rangkaian kata dicerna
Ia pun tersenyum malu
Ego nya ditelannya bulat-bulat
Meminta maaf dengan penuh malu
Ternyata prasangkanya salah
Sunday, May 16, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment