Monday, May 10, 2010

Dan Bidadari itu Memanggilku

Malam yang belum pergi, saat aku mengendap-endap sendiri, memasuki teritori musuh yang mengancam bangsaku. Desing peluru menggodaku untuk lari terbirit-birit kembali bak domba yang melihat serigala. Tetapi ini adalah tugas yang membebani pundakku. Yang membuatku merasa sebagai anak bangsa. Yang membuatku merasa hidup punya makna.

Nafasku menderu, jantungku berirama cepat, semuanya memberi tahu aku, aku masih hidup, dan aku pun bertekad menyelesaikan tugas ini. Menghancurkan gudang amunisi terbesar milik musuh. Ini akan menjamin bangsaku aman hingga berpuluh-puluh tahun kedepan. Tugas yang membanggakan diri, meskipun nanti tak dikenali, meskipun nanti terbujur kaku di daerah musuh, membusuk tak ada yang peduli, meskipun jauh dari tanah air yang dicintai.

Pertempuran demi pertempuran telah kulewati, kebranian demi kebranian sudah menemaniku. Saat ini mungkin kebranian itu lari, saat ini mungkin terakhir kalinya ia menemaniku. Tetapi gudang amunisi itu sudah di depan mataku, beranjak lari pun percuma, bawah sadarku menggigit bibirku, dan kebranian kutawan dalam semangatku. Bazooka kubidikkan pada sasaran...kabooom... meledak menghentak angkasa, siang sejenak ditempat itu, dan aku pun terbahak-bahak. Meski desing-desing hangat itu bersarang di tubuh ku. Aku pun lemah dan hanya mendengar senyum mungil bidadari yang kuimpi-impikan. Tertawa aku saat itu dengan sangat manis, meski air mata tak tertahan menetes.... dan bidadari itu memanggilku.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato