Friday, May 21, 2010

Lelaki dan Bayangan

Lelaki itu datang padaku. Mengeluhkan hidupnya dengan hartanya. Katanya 'aku tak punya apa-apa, selain bayanganku'. Ia menatapku dengan 1000 makna. Dibiarkannnya diriku mencerna kata-katanya. Tetapi aku hanya memberinya diam tanpa bahasa. Dan aku juga memberikannya telingaku untuk mendengar.

Saat itu malam sedang bertugas. Aku dan dia ditemani beberapa lampu. Dia tertawa dan menunjuk-nunjuk bayangannya.'Lihat-lihatlah itu...itulah hartaku satu-satunya'. Dia kembali menatapku, di berikannya wajah sedih yang teramat sedihnya padaku. Menarik nafaslah ia berulangkali. Berusaha mengusir energi negatif yang menguasainya. Mendesah...mendesah...sedih...sedih. Aku bingung dengan situasi ini. Ingin lari darinya saat itu juga. Dan membiarkannya tertawa sendiri. Tapi ingin itu kubuang segera.

Lelaki didepanku ini kukenal serba kecukupan. Harta bukanlah isu baginya, tetapi ia mengeluhkannya padaku. Ah...aku pun belum menangkap maksudnya.

'Aku hanya punya bayangan, kemana aku pergi aku tak mau gelap merampasnya. Ia hartaku satu-satunya'. Ia menatap lampu yang menemani kami dengan sangat mesra. Sekiranya istrinya melihat ini, ia pasti sudah memutilasi lampu itu. Padahal lampu itu hanya memberinya bayangan, tidak lebih dari itu. Dan ia pun menatap mesra lampu itu. Senangnya muncul dari senyumnya. Ia pun menarik bibirnya dengan sepenuh hati. Seolah-olah sedih sudah pergi.

Aku menatapnya dengan seribu tanya. Gusar dengan tingkah lakunya. Gusar dengan sikapnya. Kuusik dia dengan tanya yang sekedarnya: 'Lalu kalau kau dikubur apa yang kau punya?'. Dia pun berkata 'Ah bahkan bayangan pun aku tak punya'. Ia pun sedih kembali. Menatapku dan menatapku. Dimatikannya lampu itu, dimatikannya aku. Dan ia pun sendiri dalam gelap, tanpa lampu, dan tanpa aku.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato