Friday, May 7, 2010

Akhir Rindu

Ketika burung malam memberi tanda hilangnya mentari, saat katak-katak tepi danau sesekali memberi suara, rasanya hujan mencoba mengulang sejarah.

Sepasang mata sayu menatap luasnya langit malam, mencari rembulan yang disembunyikan awan-awan gelap. Bahkan bintang-bintang pun diselimutinya seolah tak berdaya.

Dia berbisik lembut pada hatinya yang ragu. Dia bertanya pada dirinya yang merindu. 'Datangkah ia malam ini?' Rupanya rindu sudah menjadikannya penanya. Dan ia pun menatap jam di dalam rumahnya. Mengharapkan pemberi jawab mengiyakan harapannya.

Bersuara lembutlah ia pada angin. 'Angin tolong lihatlah dimana ia sekarang... Kabari aku..' Bersuara lembutlah ia pada bintang 'Bintang bersinarlah...Kalahkan awan gelap...Bimbinglah ia kepangkuanku'

Sepasang matanya yang sayu kini menjelajahi halaman rumahnya. Mencoba menembus jalan gelap di depan rumah. Waktu yang berjalan tiba-tiba terasa berhenti, ketika sesosok tubuh pembuat rindunya muncul. Sesosok tubuh yang telah lama menemani hidupnya, dalam gelap maupun terang.

Kini rindunya sudah terpangkas habis. Dalam gelap ia merasa terang. Himpitan itu telah hilang, dan ia pun merasa menang dari peperangan. Malam ini ia tutup dengan senyum yang tak berhenti.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato