Ketika burung malam memberi tanda hilangnya mentari, saat katak-katak tepi danau sesekali memberi suara, rasanya hujan mencoba mengulang sejarah.
Sepasang mata sayu menatap luasnya langit malam, mencari rembulan yang disembunyikan awan-awan gelap. Bahkan bintang-bintang pun diselimutinya seolah tak berdaya.
Dia berbisik lembut pada hatinya yang ragu. Dia bertanya pada dirinya yang merindu. 'Datangkah ia malam ini?' Rupanya rindu sudah menjadikannya penanya. Dan ia pun menatap jam di dalam rumahnya. Mengharapkan pemberi jawab mengiyakan harapannya.
Bersuara lembutlah ia pada angin. 'Angin tolong lihatlah dimana ia sekarang... Kabari aku..' Bersuara lembutlah ia pada bintang 'Bintang bersinarlah...Kalahkan awan gelap...Bimbinglah ia kepangkuanku'
Sepasang matanya yang sayu kini menjelajahi halaman rumahnya. Mencoba menembus jalan gelap di depan rumah. Waktu yang berjalan tiba-tiba terasa berhenti, ketika sesosok tubuh pembuat rindunya muncul. Sesosok tubuh yang telah lama menemani hidupnya, dalam gelap maupun terang.
Kini rindunya sudah terpangkas habis. Dalam gelap ia merasa terang. Himpitan itu telah hilang, dan ia pun merasa menang dari peperangan. Malam ini ia tutup dengan senyum yang tak berhenti.
Friday, May 7, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu
No comments:
Post a Comment