Tuesday, December 22, 2009

Angan-Anganku

Angin berhembus membangunkan khayalku.
Bersandar di bawah pohon berlindung dari mentari.
Nafasku mulai tak terdengar.
Perlahan kesadaranku mulai terdesak.
Tak sadar aku mulai menjelajahi tingginya impian.

Mobilku berjajar-jajar,
dalam seminggu pun tak pernah usai aku menggilirnya.
Bajuku merah, mobilnya warna merah.
Bajuku biru, mobilku warna biru.
Ha ha ha benar-benar parlentenya aku.

Kerja dan liburan sama mengasyikkannya buat aku.
Tak ada boss yang suka mengatur-atur.
Keputusanku paten, resiko sekedar teman kejemuan adrenalinku.
Sudah terlanjur kaya, mana mungkin akan miskin.
Ha ha ha aku ini decission maker lho.

Semua pintu bisnis aku bisa buka.
Berurusan dengan pebisnis, pemerintah,
maupun pegawai semua terbuka dan sukses.
Nggak beres tidak ada dalam kamusku.

Tapi tunggu dulu,
apakah pintu surga dapat terbuka dengan kekayaanku, kepiawaianku?
Jika ditanya itu aku tak kan pernah yakin.
Apakah cukup dengan satu mobil saja aku dapat membukanya?
Akan kutanya penjaga pintunya,
bagaimana kalau mobil sport terbaru?
4000 cc, 5000 cc sebutkan saja merknya
aku bisa memberikannya sekejap mata.

Masih kurangkah?
Bagaimana kalau kapal pesiar, kapal terbang,
kalau perlu kapal selam?
Akan kutanya dia, dengan apa aku membeli surga?

Biar rapi kususun angan-anganku.
Kalau harus bersambung aku harus tahu apa yang kukejar.

Angin semilir membelai rambutku.
Rasanya dia memberitahu padaku,
harga surga yang ku tak tahu.

No comments:

Post a Comment

Bahasa Merdu - Puisi Cinta

Bahasa Merdu - Pidato