Ketika langit biru dikunjungi pelangi berwarna-warni,
tahukah kamu aku menantimu
penuh rindu di ujungnya.
Tanganku menggenggam bidadariku,
aku ingin memamerkannya padamu.
Sudah lama kita tak bersua,
engkau jarang sekali turun ke bumi.
Ah aku tak bisa menyusulmu kesana.
Aku takut tersesat,
selain itu petanya tidak bisa didownload oleh gpsku.
Biar aku yang menantimu datang.
Setiap ada pelangi mataku selalu berbinar-binar.
Bergegas kubawa bidadariku,
sekejap aku di ujungnya.
Langit biru tak pernah menua,
pelangi demi pelangi tlah berganti.
Bidadariku masih setia menemaniku
namun kau tak pernah datang.
Meskipun hanya menyampaikan salam.
Thursday, December 31, 2009
Wednesday, December 30, 2009
Puisi ini Untukmu
Jalan ini terlalu sepi untuk aku jalani sendiri.
Terlalu sedih untuk dilalui,
terlalu sayang tak berbagi tawa.
Bersamamu aku akan menjadi lelaki yang super.
Engkau menjadi tamengku,
engkau menjadi senjataku,
engkau menjadi partnerku.
Jubahku kan berkibar-kibar kegirangan.
Bersama kita akan melalui semua.
Puisi ini untukmu,
yang terluka disaat ku alpa.
Yang memendam rindu disaat ku tak ada.
Menerimaku apa adanya,
meskipun terkadang getir terasa.
Mungkin itulah perjalanan cinta,
dia ada untuk diuji.
Disirami oleh duka dan canda,
dilindungi oleh kelemahan dan cemburu,
ditata dengan kedewasaan dan kasih sayang.
Takkan pernah bersemi dalam kesendirian.
Puisi ini untukmu,
bunga rasa dariku.
Biar menjadi halte ekspresiku untukmu.
Jadikan dia temanmu disaat engkau memeluk rindu.
Jadikanlah dia senjatamu untuk mengusir cemburumu.
Puisiku ini untukmu.
Terlalu sedih untuk dilalui,
terlalu sayang tak berbagi tawa.
Bersamamu aku akan menjadi lelaki yang super.
Engkau menjadi tamengku,
engkau menjadi senjataku,
engkau menjadi partnerku.
Jubahku kan berkibar-kibar kegirangan.
Bersama kita akan melalui semua.
Puisi ini untukmu,
yang terluka disaat ku alpa.
Yang memendam rindu disaat ku tak ada.
Menerimaku apa adanya,
meskipun terkadang getir terasa.
Mungkin itulah perjalanan cinta,
dia ada untuk diuji.
Disirami oleh duka dan canda,
dilindungi oleh kelemahan dan cemburu,
ditata dengan kedewasaan dan kasih sayang.
Takkan pernah bersemi dalam kesendirian.
Puisi ini untukmu,
bunga rasa dariku.
Biar menjadi halte ekspresiku untukmu.
Jadikan dia temanmu disaat engkau memeluk rindu.
Jadikanlah dia senjatamu untuk mengusir cemburumu.
Puisiku ini untukmu.
Tuesday, December 22, 2009
Angan-Anganku
Angin berhembus membangunkan khayalku.
Bersandar di bawah pohon berlindung dari mentari.
Nafasku mulai tak terdengar.
Perlahan kesadaranku mulai terdesak.
Tak sadar aku mulai menjelajahi tingginya impian.
Mobilku berjajar-jajar,
dalam seminggu pun tak pernah usai aku menggilirnya.
Bajuku merah, mobilnya warna merah.
Bajuku biru, mobilku warna biru.
Ha ha ha benar-benar parlentenya aku.
Kerja dan liburan sama mengasyikkannya buat aku.
Tak ada boss yang suka mengatur-atur.
Keputusanku paten, resiko sekedar teman kejemuan adrenalinku.
Sudah terlanjur kaya, mana mungkin akan miskin.
Ha ha ha aku ini decission maker lho.
Semua pintu bisnis aku bisa buka.
Berurusan dengan pebisnis, pemerintah,
maupun pegawai semua terbuka dan sukses.
Nggak beres tidak ada dalam kamusku.
Tapi tunggu dulu,
apakah pintu surga dapat terbuka dengan kekayaanku, kepiawaianku?
Jika ditanya itu aku tak kan pernah yakin.
Apakah cukup dengan satu mobil saja aku dapat membukanya?
Akan kutanya penjaga pintunya,
bagaimana kalau mobil sport terbaru?
4000 cc, 5000 cc sebutkan saja merknya
aku bisa memberikannya sekejap mata.
Masih kurangkah?
Bagaimana kalau kapal pesiar, kapal terbang,
kalau perlu kapal selam?
Akan kutanya dia, dengan apa aku membeli surga?
Biar rapi kususun angan-anganku.
Kalau harus bersambung aku harus tahu apa yang kukejar.
Angin semilir membelai rambutku.
Rasanya dia memberitahu padaku,
harga surga yang ku tak tahu.
Bersandar di bawah pohon berlindung dari mentari.
Nafasku mulai tak terdengar.
Perlahan kesadaranku mulai terdesak.
Tak sadar aku mulai menjelajahi tingginya impian.
Mobilku berjajar-jajar,
dalam seminggu pun tak pernah usai aku menggilirnya.
Bajuku merah, mobilnya warna merah.
Bajuku biru, mobilku warna biru.
Ha ha ha benar-benar parlentenya aku.
Kerja dan liburan sama mengasyikkannya buat aku.
Tak ada boss yang suka mengatur-atur.
Keputusanku paten, resiko sekedar teman kejemuan adrenalinku.
Sudah terlanjur kaya, mana mungkin akan miskin.
Ha ha ha aku ini decission maker lho.
Semua pintu bisnis aku bisa buka.
Berurusan dengan pebisnis, pemerintah,
maupun pegawai semua terbuka dan sukses.
Nggak beres tidak ada dalam kamusku.
Tapi tunggu dulu,
apakah pintu surga dapat terbuka dengan kekayaanku, kepiawaianku?
Jika ditanya itu aku tak kan pernah yakin.
Apakah cukup dengan satu mobil saja aku dapat membukanya?
Akan kutanya penjaga pintunya,
bagaimana kalau mobil sport terbaru?
4000 cc, 5000 cc sebutkan saja merknya
aku bisa memberikannya sekejap mata.
Masih kurangkah?
Bagaimana kalau kapal pesiar, kapal terbang,
kalau perlu kapal selam?
Akan kutanya dia, dengan apa aku membeli surga?
Biar rapi kususun angan-anganku.
Kalau harus bersambung aku harus tahu apa yang kukejar.
Angin semilir membelai rambutku.
Rasanya dia memberitahu padaku,
harga surga yang ku tak tahu.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu