Thursday, June 17, 2010
Thursday, June 3, 2010
1000 Jawab
Sebuah tanya memecah sunyi
Benak tergelitik
Mata tertuju
Kesadaran menggeliat
Dan menunggu
Dan penasaran
Dan tak sabar
Tetapi jawab tak segera
Dia sengaja
Dia menjadi perhatian
Wajah-wajah penasaran
Wajah-wajah ingin tahu
Menatapnya dalam-dalam
Menelannya dalam fikir
Mengunci semua gerakannya dalam mata-mata yang fokus
Ia pun bersuara
Setiap tanya yang ada aku punya 1000 jawab untuknya
Dan ia pun bernarasi
Satu per satu hingga seribu
Saat ke seribu tiba sudah tak ada mata yang menatapnya
Saat ke seribu tiba ia hanya di dengar angin
Benak tergelitik
Mata tertuju
Kesadaran menggeliat
Dan menunggu
Dan penasaran
Dan tak sabar
Tetapi jawab tak segera
Dia sengaja
Dia menjadi perhatian
Wajah-wajah penasaran
Wajah-wajah ingin tahu
Menatapnya dalam-dalam
Menelannya dalam fikir
Mengunci semua gerakannya dalam mata-mata yang fokus
Ia pun bersuara
Setiap tanya yang ada aku punya 1000 jawab untuknya
Dan ia pun bernarasi
Satu per satu hingga seribu
Saat ke seribu tiba sudah tak ada mata yang menatapnya
Saat ke seribu tiba ia hanya di dengar angin
Apa Kabar Merdeka?
Dulu pejuang-pejuang itu berteriak merdeka
Agar nyali-nyalinya yang kecil tak membuatnya gentar
Agar semuanya merasa perjuangan itu ada
Agar musuh tahu kita meradang dan melawan
Dulu pejuang-pejuang itu merangkak dalam kegelapan
Bukan karena takut mati
Bukan karena takut terluka
Tetapi kemerdekaan itu perlu banyak jiwa
Dulu pejuang-pejuang itu melupakan lelah
Mulutnya terjaga dari mengeluh
Semangatnya terjaga dari luntur
Meskipun mereka tahu merdeka belum tentu untuk mereka
Apa kabar merdeka?
Agar nyali-nyalinya yang kecil tak membuatnya gentar
Agar semuanya merasa perjuangan itu ada
Agar musuh tahu kita meradang dan melawan
Dulu pejuang-pejuang itu merangkak dalam kegelapan
Bukan karena takut mati
Bukan karena takut terluka
Tetapi kemerdekaan itu perlu banyak jiwa
Dulu pejuang-pejuang itu melupakan lelah
Mulutnya terjaga dari mengeluh
Semangatnya terjaga dari luntur
Meskipun mereka tahu merdeka belum tentu untuk mereka
Apa kabar merdeka?
Wednesday, June 2, 2010
Teriakan Sang Jendral
Seorang Jendral berteriak memacu semangat prajurit-prajuritnya untuk mendaki bukit kemenangan...
'Kemenangan sudah di depan mata kita'
'Kemenangan sudah tak akan lari ke musuh kita'
'Genggam kuat-kuat, kita sedang tak bermimpi'
'Ini realita yang harus kita terima'
'Hayo... jangan padamkan semangatmu'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hebatnya perjuangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'
Sang Jendral memang sudah di puncak bukit kemenangan, meskipun hanya seorang diri dia tersenyum optimis. Dilihatnya prajurit-prajurit yang tak kenal lelah itu mendaki dengan pasti menyusulnya. Rintangan demi rintangan telah dilalui, dan ia tahu bahwa ia tak akan pernah sendiri.
'Darah kita adalah darah pejuang'
'Dia mengalirkan api-api semangat yang tak boleh padam'
'Selama kita berdegup'
'Selama kita berkedip
'Selama kita mendengar'
'Selama kita melangkah'
'Biarkan...biarkan....'
'Hayo... daki dan taklukkan bukit ini'
Tersenyum dan tersenyum ia kegirangan, kini sudah banyak yang menemaninya di bukit yang sepi itu. Sekarang tidak hanya dia yang dapat melihat indahnya kemenangan. Ia sudah mempunyai banyak teman di atas bukit itu, dan semuanya merasakan apa yang ia rasakan, melihat apa yang ia lihat. Dan itulah kemenangan yang ia idam-idamkan. Meskipun masih banyak bukit lagi yang perlu ditaklukkan.
Ia pun berbisik pada angin yang menghampiri:
Merdeka !
'Kemenangan sudah di depan mata kita'
'Kemenangan sudah tak akan lari ke musuh kita'
'Genggam kuat-kuat, kita sedang tak bermimpi'
'Ini realita yang harus kita terima'
'Hayo... jangan padamkan semangatmu'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hebatnya perjuangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'
Sang Jendral memang sudah di puncak bukit kemenangan, meskipun hanya seorang diri dia tersenyum optimis. Dilihatnya prajurit-prajurit yang tak kenal lelah itu mendaki dengan pasti menyusulnya. Rintangan demi rintangan telah dilalui, dan ia tahu bahwa ia tak akan pernah sendiri.
'Darah kita adalah darah pejuang'
'Dia mengalirkan api-api semangat yang tak boleh padam'
'Selama kita berdegup'
'Selama kita berkedip
'Selama kita mendengar'
'Selama kita melangkah'
'Biarkan...biarkan....'
'Hayo... daki dan taklukkan bukit ini'
'Berdiri di samping ku untuk merasakan hembusan kemenangan'
'Berdiri di samping ku, temani aku mengibarkan bendera kita'
Tersenyum dan tersenyum ia kegirangan, kini sudah banyak yang menemaninya di bukit yang sepi itu. Sekarang tidak hanya dia yang dapat melihat indahnya kemenangan. Ia sudah mempunyai banyak teman di atas bukit itu, dan semuanya merasakan apa yang ia rasakan, melihat apa yang ia lihat. Dan itulah kemenangan yang ia idam-idamkan. Meskipun masih banyak bukit lagi yang perlu ditaklukkan.
Ia pun berbisik pada angin yang menghampiri:
Merdeka !
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
air mata
akar
akhirat
Allah
angin
apresiasi
balon
bayangan
beban
benci
berkelana
bidadari
biji zarah
buah
buku
CCL(1)
CCL(2)
CCL(3)
CCL(4)
cemas
cerita
cerita absurd
cerita cinta
cerita puitis
cermin
cinta
cinta pergi
cita-cita
damai
danau
daun
detik
doa
dua sahabat
dunia
ekspresi
gadis
garis tangan
gerimis
gratis
gula
hak
hamba
harapan
harimau
hati
hidup
hujan
ide
ilmu
imajinasi
inspirasi
internet
istana
jarak
jeda
jejak
jemu
jerat
jiwa
kakek
kantuk
kelu
kenangan
kewajiban
khayalan
komentar
kondisi sosial
kotak pandora
kreasi
kunci
langit
langkah
lapar
lelaki
lucu
lupa
malam
mangga
mata
matahari
mendung
menikah
mentari
merdeka
mimpi
motivasi
Nabi Muhammad
nafas
naga
nasehat
noktah
ombak
paceklik
pagi
panah
pantai
pantun
pasir
pedagang
pelangi
pemain utama
pemanis
pemberani
pengelana
perasaan
percaya
perisai
perjuangan
pertanyaan
pesawat
pidato
pohon
prasangka
PRH1
PRH2
provokator
puisi
puisi absurd
puisi cinta
puisi islam
puisi jati diri
puisi motivasi
puisi rindu
purnama
pusaka
raja
razia
rindu
rintik-rintik
romantis
ruang hampa
ruang romantis
RYM1
RYM2
RYM3
RYM4
sahabat
sang penyair
sastrawan
sayap
sedih
sehat
selancar
semangat
sembunyi
semut
senang
sepi
sombong
sujud
surga
syair
syukur
tangga
tanya
tari
teh
terlena
timbangan
top up
tunggu
waktu
wudlu